Dalam rangka Hari Kanker Sedunia Tahun 2025, Yayasan Metta-Manggala bekerja sama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) mengadakan Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara serta Praktik SADARI di Pondok Pesantren Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman, Parung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/2).
Kegiatan ini upaya strategis dalam mendukung pencegahan dan penanganan kanker di lingkungan generasi Z sekaligus komitmen bersama untuk menurunkan kejadian kasus baru kanker payudara stadium lanjut.
Acara ini diikuti 1000 orang santriwati yang terdiri dari 500 orang mahasiswi STAI Nurul Iman dan 500 orang dari SMP & SMA Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman.
Aktivitas ini juga untuk meningkatkan kesadaran serta edukasi tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara di lingkungan santriwati Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman.
"Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara serta Praktik SADARI merupakan acara sangat penting bagi kesehatan perempuan, khususnya bagi para santriwati kami sebagai bentuk kepedulian nyata terhadap kesehatan generasi muda, kata Dr. Hj. Umi Waheeda, S.Psi., M.Si., Ketua Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman dalam keterangan yang diterima resmi.
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang menaungi lebih dari 12.000 santri, Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman memiliki misi untuk mencetak generasi yang tidak hanya berakhlak mulia dan berilmu, tetapi juga sehat jasmani dan rohani.
"Kami percaya bahwa pendidikan kesehatan adalah bagian penting dari pembelajaran di pesantren. Oleh karena itu, kami sangat menyambut baik kerja sama ini dan berharap di masa mendatang dapat kembali mengadakan sosialisasi serupa agar para santriwati semakin teredukasi dengan baik," tambah Umi Waheeda.
Dia berharap kesempatan ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. "Dengarkan, pahami, dan praktikkan ilmu yang didapatkan hari ini. Kesehatan adalah amanah dari Allah SWT yang harus kita jaga, karena perempuan yang sehat akan menjadi tiang bagi keluarga dan masyarakat yang kuat, " tandas Hj. Umi Waheeda.
Pada kesempatan ini , Linda Agum Gumelar, Ketua YKPI menyampaikan, berdasarkan data GLOBOCAN Tahun 2022, terdapat 408.661 angka kejadian kanker di Indonesia dan 242.988 kematian yang disebabkan oleh kanker pada tahun 2022. Berdasarkan jenisnya, kasus baru kanker payudara paling banyak dialami perempuan di Indonesia yang terdiagnosa kanker yaitu sebanyak 66.271. Jumlah ini setara dengan 30,1% dari total kasus baru kanker perempuan di tanah air, dan yang memperihatinkan 70% pasien datang dalam stadium lanjut.
Dikatakan, YKPI yang mempunyai visi “Indonesia Bebas Kanker Payudara Stadium Lanjut” memfokuskan program-programnya kepada upaya Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara serta Praktek SADARI dengan sasaran peserta selain kepada kelompok usia dewasa juga terus meningkatkan sosialisasi kepada usia-usia remaja atau Generasi Z (Generasi kelahiran antara tahun 1995 – 2010).
"Harapan kami tentu dengan target tersebut, maka 10 tahun kedepan kita bisa bersama-sama menekan kejadian kasus baru kanker payudara stadium lanjut ," tukas Linda.
Untuk itu, lanjut nya, penting sekali kita mengetahui informasi tentang skrining dan deteksi dini kanker payudara juga melakukan langkah kesehatan dengan mamografi diusia diatas 40 tahun, selain secara rutin melakukan SADARI (perikSA payuDAra sendiRI) dan SADANIS (perikSA payuDAra kliNIS).
SADARI sangat mudah dilakukan dengan syarat: dilakukan dengan cara yang tepat, rutin, disiplin dan bila ada benjolan yang menetap dan tidak sakit segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat. "Kanker payudara stadium lanjut dapat kita cegah bila ditemukan dalam stadium awal dan ingat bahwa tidak semua benjolan di payudara adalah kanker," ujar Linda Agum Gumelar.
Sebagai Narasumber dalam acara ini, dr. Hardina Sabrida, MARS., menjelaskan tentang proses mengenali payudara sendiri sehingga wanita mengetahui keadaan normal payudaranya dan segera mengenali bila terjadi perubahan dari keadaan normal.
Selain itu, kelainan payudara yang perlu mendapat perhatian yaitu apabila terjadi perubahan bentuk dan ukuran payudara, teraba benjolan, nyeri, penebalan kulit, terdapat cekungan kulit seperti lesung pipit, pengerutan kulit payudara, keluar cairan dari puting susu, penarikan puting susu ke dalam, dan luka pada payudara yang tidak kunjung sembuh.
Selanjutnya dr. Hardina menjelaskan mengenai melakukan perikSA payuDAra SendiRI (SADARI) secara teratur setiap bulan, SADARI dilakukan antara waktu 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi, bila sudah tidak haid lakukan ditanggal yang sama setiap bulan.
Cara deteksi kanker payudara ini yang paling sederhana untuk dilakukan. Acara tersebut ditutup oleh Nani Firmansyah dari Pengurus YKPI yang mengajarkan praktek SADARI kepada santriwati.
YKPI dengan program-programnya bisa menjadi ujung tombak dalam memberikan edukasi dan pendampingan serta berharap pemerintah juga terus meningkatkan sosialialisasi dan edukasi karena ada dugaan atau kecenderungan kanker payudara ini akan terus meningkat dan terjadi peledakan di dunia.
Untuk itu diharapkan agar para santriwati setelah mengikuti kegiatan ini, mau melakukan kegiatan SADARI secara rutin. Hal ini dilakukan agar kita bisa membangun masyarakat Indonesia yang lebih sehat, lebih peduli dan lebih kuat menghadapi tantangan untuk menuju Indonesia Emas Tahun 2045 (H-2).
Source : https://mediaindonesia.com/